Dilahaplah spaghetti dan matanya mulai mencari sang manager. Habis spaghetti, dinantikannya bandrek dan...”Sialan ini pelayan. Jempolnya ikut juga masuk ke bandrek hangat.” Naik pitam si Bardo teriak keras “Eh, manager sini!” Tergopoh-gopoh si manager datang. “Ada apa Pak?” Bardo sengit, “Itu anak buahmu edan. Masa jempol tangan kanannya masuk ke semua makanan dan minuman yang kupesan!” Dengan terkejut si manager bertanya, “Ah masa pak? Jumprit sini kamu, apa benar jempolmu kamu masukkan ke pesanan tamu?” Jumprit menjawab, “Ya, Pak!” Marahlah si manager, “Edan kamu, kenapa begitu? Kan kamu sudah diajari nggak boleh!” Bardo senang karena diperhatikan, pikirnya dalam hati “Wah alamat makan gratis nih.” Jumprit menjawab, “Jempol saya keseleo pak, kata dokter mesti dihangatkan terus, makanan kan hangat, jadi saya taruh saja di situ.”
Mendengar itu, marahlah Bardo, “Kurang ajar kamu, mau hangat ya? Kalau mau hangat saya ajari, masukkan tuh jempolmu ke lubang pantat, hangatkan di situ!” Jumprit menjawab tenang, “Iya pak, saya tahu, kalau lagi menunggu makanan di dapur, biasanya saya masukkan jempolnya di situ dulu”.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar