BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ikan
Kerapu adalah komoditas penting untuk budidaya laut di Asia Tenggara karena
memiliki pangsa pasar yang besar dan nilai ekonomi tinggi. Pada mulanya, lebih
dari 10 jenis kerapu sudah dibudidayakan namun menggunakan benih dan
gelondongan ikan yang ditangkap dari alam di daerah yang bersangkutan.
Pada
tahun 1999, penelitian dan pengembangan untuk multi spesies hatchery yang
dilakukan bersama oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut-Gondol dengan
JICA pertama kali sukses memproduksi masal benih kerapu bebek, Cromileptes altivelis dan benih kerapu
macan (Kawahara, et.al., 2000; Sugama et.al.,2001).
Sedangkan untuk memproduksi masal benih kerapu sunu pada tahun 2005.
Pengembangan teknologi telah didesiminasikan kepada hatchery pemerintah maupun
swasta, sehingga produksi benih kerapu bebek meningkat secara drastis dan lebih
dari 1 juta benih pada tahun 2001 (Kawahara dan Ismi, 2003). Teknologi ini juga
diterapkan untuk produksi benih kerapu macan, Ephinephelus fuscoguttatus oleh hatchery-hatchery swasta. Pada tahun
2002, produksi benih kerapu macan lebih dari 2,6 juta (Kawahara dan 2003).
Untuk kerapu sunu sampai saat ini tahun 2006 lebih dari 0,5 juta
(Kominikasi Suko Ismi, 2006)
Sebagai
hasil suplai benih secara kontinyu dari perbenihan, beberapa penduduk mulai
budidaya kerapu, utamanya menggunakan system budidaya keramba jaring apung
diberbagai lokasi di Indonesia. Terutama di propinsi Lampung, Batam telah
berhasil dalam mengembangkan budidaya laut di keramba jaring apung dengan
menggunakan benih dari hatchery. Pada tahun 2002, sejumlah 42 pembudidaya
dengan menyerap tenaga sebanyak 250 orang dan beberapa diantaranya panen 4,8
ton untuk kerapu bebek dan 30,2 ton untuk kerapu macan (Kawahara dan Ismi,
2003). Meskipun produksi ini relatif kecil, namun kenyataan ini menunjukkan
bahwa budidaya kerapu berkembang menjadi industri perikanan yang menjanjikan di
propinsi tersebut.
Selama
melakukan kegiatan budidaya ternyata terjadi beberapa masalah. Antara lain
sintasan kerapu yang dibudidayakan terutama kerapu bebek, pada saat ini masih
jauh lebih rendah daripada ikan laut lainnya seperti seabream dan kakap putih.
Untuk kerapu bebek sintasan hanya 10-30% pada umumnya terjadi di lapangan,
bahkan kadang-kadang gagal total/ sintasan 0% (hasil wawancara dengan petani).
Pembudidaya umumnya menyatakan bahwa kendala terbesar adalah wabah penyakit.
Hal ini disadari pada saat survei di Riau, Lampung, Jawa Timur dan Lombok, akan
tetapi kebanyakan penyakit memungkinkan untuk dikontrol jika pembudidaya
memiliki pengetahuan cukup dan teknologi yang sesuai. Tujuan dari tulisan ini
adalah untuk menyediakan petunjuk budidaya kerapu bagi petani pembudidaya.
Tulisan ini dipersiapkan berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman budidaya
kerapu di keramba jaring apung dan Pegametan selama survei lapang.
1.2 Tujuan
Pelaksanaan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja
Industri (prakerin) ini adalah untuk:
1. Mengetahui secara langsung tekhnik
pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) dalam Keramba Jaring Apung
(KJA) dari tahap persiapan sampai pane.
2. Turut
serta mengikuti kegiatan pembesaran ikan kerapu dalam KJA dari tahap persiapan
sampai panen.
3. Memahami
permasalahan – permasalahan dan langkah pemecahan terhadap masalah yang berkaitan
dengan pembesaran ikan kerapu di KJA dari tahap persiapan hingga panen.
4. Membandingkan
pengetahuan praktis dengan teoritis yang di dapat melalui proses belajar
mengajar di sekolah dengan kenyataan factual (tekhnis dan aplikatif) yang ada
di lapangan.
5. Sarana
berlatih untuk menghayati kehidupan masyarakat khususnya masyarakat
budidayawan, sehingga dapat di jadikan dasarpijak dan modal awal bagi
terbentuknya jiwa wirausaha di kemudian hari.
1.3 Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
kegiatan
Praktek Kerja Industri (prakerin) dilaksanakan mulai tanggal 2 Maret sampai
dengan 16 Mei 2013, bertempat di PT.LESTARI PRIMATAMA Desa luk, Kecamatan Ree,
Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
1.4 Metode
Praktek
metode
yang di gunakan selam Praktek Kerja Industri yaitu :
1. Metode Observasi yaitu melihat
secara langsung dan mengamati Objek – objek dan mencatat segala yang di
perlukan.
2. Metode Interview yaitu mengumpulkan
data yang di lakukan dengan Tanya jawab dengan pemilik usaha, tekhnisi maupun
operator dan mencatat segala isi pembicaraan yang perlu.
3. Metode Dokumentasi yaitu mencatat
dan meliput semua dokumen, objek – objek yang perlu di amati di unit usaha
tempat praktek.
BAB II
KEADAAN UMUM LOKASI
2.1 Sejarah berdirinya PT.LESTARI
PRIMATAMA
PT.LESTARI
PRIMATAMA mula berdiri pada tahun 1992 di pusat kota Sumbawa dengan nama
PT.BUDINDO kemudian pada tahun 2002 nama PT.BUDINDO berubah dengan nama CV.BUDI
LAUT LESTARI pada tahun 2003 karena di rasa sebagai perusahaan yang bergerak di
bidang budidaya perikanan berkantor di pusat kota tidak cocok maka CV.BUDI LAUT
LESTARI pindah ke Desa luk Kecamatan Ree kemudian pada tahun 2011 nama
CV.BUDINDO LAUT LESTARI di rubah lagi
menjadi PT LESTARI PRIMATAMA hingga sekarang.
2.2 Letak dan Luas Areal Usaha.
PT.LESTARI
PRIMATAMA terletak di Desa Luk Kecamatan Ree Kabupaten Sumbawa dengan luas
lokasi secara keseluruhan mencapai 1 hektar mencakup wilayah perairan dan
daratan.
2.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan salah
satu alat yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dari suatu
organisasi serta pelaksanaan tugas – tugas tiap – tiap bagian. Dalam setiap
perusahaan di perlukan struktur organisasi yang jelas agar pembagian tugas –
tugasdalam organisasi tersebut dapat di laksanakan dengan baik.
Dalam suatu usaha struktur
organisasi sangat penting perannya dalam pengelompokan kegiatan yang di
perlukan yakni penetapan susunan kegiatan serta tugas dan fungsi – fungusi dari
tiap unit yang ada dalam organisasi tersebut.
Dalam melaksanakan kegiatan Keramba
Jaring Apung (KJA) PT.LESTARI PRIMATAMA mempunyai struktur yang teratur untuk
dapat mencapai tujuan dari organisasi.struktur Organisasi dapat di lihat pada
gambar 1.
PT.LESTARI PRIMATAMA di pimpin oleh
seorang direktur yang mempunyai tugas sebagai pimpinan yang bertanggung jawab
penuh atas aktivitas administrasi dan operasional di PT.LESTARI PRIMATAMA dan mempunya wewenang untuk mengambil
keputusan sedangkan perangkat organisasi yang bertugas langsung secara penuh di
lapangan adalah bagian coordinator lapangan dan anak pakan di setiap unit
rakit. Bagian coordinator lapangan yang terdiri dari beberapa karyawan yang
bertugas untuk menjaga dan mengamati pertumbuhan ikan yang di pelihara dan
merekomendasikan hal – hal tekhnis pada bagian anak pakan. Anak pakan yang
terdiri dari beberapa karyawan bertugas mengurus masalah pengelolahan pakan di
setiap unit rakit masing – masing Keramba Jaring Apung (KJA), berdasarkan
instruksi dan system budidaya yang di rancang oleh coordinator lapangan/tekhnisi.
Gambar
1. Struktur Organisasi PT.LESTARI PRIMATAMA
2.6 Sarana dan Prasarana
Untuk
memperlancar proses pelaksanaan kegiatan pembesaran ikan kerapu (Epinephelus
Sp) di Keramba Jaring Apung (KJA), PT.LESTARI PRIMATAMA telah melengkapi sarana
dan prasarana yang dapat menunjang rangkaian kegiatan pembesaran, yang meliputi
unit KJA, fasilitas penunjang dan peralatan kerja. Adapun sarana dan prasarana
tersebut adalah seperti di sajikan pada table 1, table 2, table 3 di bawah ini
:
Table
1. Sarana Keramba Jaring Apung PT.LESTARI PRIMATAMA
No
|
Jenis
barang
|
Jumlah
|
Ket.sepesipikasi
|
1
|
Rakit
|
8 unit
|
5 unit KJA 8 lubang dan 3 unit KJA 4 lubang
|
2
|
Jaring
|
88 unit
|
68 jaring utama dan 20 jaring pengganti
|
3
|
Pemberat jaring
|
272 buah
|
Terbuat dari pipa ½ inci
|
4
|
Pelampung
|
159 buah
|
Terbuat dari styrofom dan drum plastik
|
5
|
Jangkar
|
50 buah
|
Terbuat dari besi dan beton
|
6
|
Paranet
|
5 unit
|
@100m x 1m
|
Table
2. Prasarana Keramba Jaring Apung
No
|
Jenis
barang
|
Jumlah
|
keterangan
|
1
|
Genset
|
1 buah
|
Merek honda
|
2
|
Perahu
|
1 buah
|
|
3
|
Blower
|
2 buah
|
Merek Hi – Blow
|
4
|
Gudang pakan
|
1 buah
|
|
5
|
Kamar
|
1 buah
|
|
Table
3. perlengkapan sehari – hari di Keramba Jaring Apung
No
|
Jenis
barang
|
Jumlah
|
keterangan
|
1
|
Skopnet/serok
|
4 buah
|
Mesh size 1 inchi
|
2
|
Ember
|
5 buah
|
Volume 10 – 15 liter
|
3
|
Timbangan
|
3 buah
|
Kapasitas 1kg – 50 kg
|
4
|
Wadah pakan
|
4 buah
|
Volume 1 – 10 liter
|
5
|
Gunting
|
16 buah
|
|
BAB III
PROSES PRODUKSI
3.1 Pemilihan Lokasi
Pemilihan
lokasi untuk penempatan Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu hal
yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha
pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp). Menurut Supratman. T. Hanafi A. dan
Khawara S (2003) untuk memudahkan dan menekan resiko dalam usaha pembesaran
ikan kerapu ada beberapa factor yang harus di perhatikan yang berkaitan dengan
pemilihan lokasi yaitu :
1.
Suhu
(Temperatur)
Suhu
perairan yang cocok untuk kehidupan ikan kerapu adalah antar 27 – 300C
2.
Salinitas
(kadar garam)
Salinitas
air laut yang cocok untuk kehidupan ikan kerapu adalah 30 - 35ppt
3.
pH (
Derajat Keasaman)
pH
atau derajat keasaman air laut yang cocok untuk ikan kerapu adalah 7,5 – 8
4.
Kecerahan
Air
Kecerahan
air merupakan batas penetrasi cahaya kekedalaman air laut. Tingkat kecerahan
air laut merupakan hal yang sangat penting untuk memelihara ikan kerapu. Jika
kecerahan air rendah maka sulit untuk melihat kondisi kesehatan ikan. Kecerahan
air yang baik adalah antara 5 – 12 m
5.
Kecepatan
Arus
Kecepatan
arus berhubungan dengan sirkulasi air yang berperan membawa bahan – bahan
organic dan anorganik perairan mensirkulasi gas – gas termasuk oksigen.
Kecepatan arus yang baik yaitu 10 cm/detik. Apabila arus air terlalu lambat
dapat menyebabkan menempelnya organism partikel tersuspensi pada jaring.
6.
Gelombang
dan Angin
Lokasi
pembesaran ikan kerapu harus terhindar dari gelombang dan angin kencang.
7.
Kedalaman
Air
Kedalaman
air sebaiknya 15 – 20 meter pada waktu surut air laut, penutupan dasar jaring
oleh lumpur dasar perairan yang mungkin teraduk naik.
8.
Pencemaran
Lokasi
perairan harus jauh dari pengaruh berbagai macam pencemaran seperti minyak,
sampah, limbah domestic, limbah industry dan lain – lain
9.
Prasarana
Ketersediaan
sumberlistrik, air tawar dan transportasi merupakan hal yang sangat penting
dalam kelancaran operasional usaha. Tempat tinggal di darat merupakan sarana
penunjang untuk jalannya operasional KJA dan jaraknya tidak boleh terlalu jauh.
10. Suber pakan
lokasi
keramba jaring apung (KJA) harus dekat dengan daerah penangkapan ikan agar
mudah mendapatkan ikan yang segar dan murah, bisa di dapat setiap saat di perlukan.
Pemilihan
lokasi dalam pemeliharaan ikan kerapu (Epinephelus
Sp) system KJA merupakan salah satu factor penentu layak atau tidak layaknya
komoditas ini untuk di kembangkan dan dapat memberikan keuntungan bagi
pengelolahnya. Kesalahan dalam menentukan lokasi dapat beakibat kerugian dalam
biaya operasional dan tenaga.
Lokasi
yang akan di jadikan area budidaya dapat di tentukan terlebih dahulu dengan
cara melihat dari peta daerah setempat atau dari sumber informasi yang dapat di
percaya. Pertimbangan dalam tahap ini adalah lokasi tersebut merupakan daerah
teluk bukan merupakan jalur pelayaran dan tidak terdapat muara sungai. Ada
beberapa factor yang perlu di perhatika :
a. Factor
keamanan
Factor
keamanan erat kaitannya kenyamanan dan kontinyuitas usaha. Factor ini
berhubungan ada tidaknya gangguan atau intervensi dari masyarakat yang tinggal
di sekitar area tersebut, misalnya pencurian, pengeboman, dan pemotasan ikan
dan lain – lain. Untuk mengiliminir factor ini perlu adanya pendekatan
–pendekatan terhadap masyarakat dengan cara mengikut sertakan masyarakat
tersebut secara langsung baik saat survey lokasi maupun saat pelaksanaan
kegiatan.
b. Factor
gangguan alam
Factor
– factor alam merupakan factor yang tidak bisa di control dan merupakan factor
pembatas. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
Ø Bukan
daerah Up Welling
Lokasi harus terhindar dari
proses perputaran air dasar ke permukaan (Up Welling) yang menyebabkan lumpur
dasar teraduk dan mengotori perairan.
Ø Pencemaran
Lokasi harus bebas dari
pencemaran atau limbah, baik limbah industry maupun limbah masyarakat setempat.
Ø Curah
hujan
Lokasi sebaiknya mempunyai
curah hujan rendah sepanjang tahun, hal ini untuk menghindari fluktuasi
kualitas air laut yang ekstrim sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan
kerapu
Ø Kedalaman
Kedalaman perairan sangat
berpengaruh terhadap lokasi penempatan KJA dan kualitasair pada lokasi
tersebut. KJA sebaiknya di tempatkan pada kedalaman air saat surut terendah
lebih dari 3 m ari dasar jaring.
c. Factor
kualitas air
Kualitas
perairan laut tempat pembesaran ikan kerapu sebaiknyamemenuhi persyaratan –
persyaratan parameter kualitas air
seperti pada table 4. Berikut :
Table
4. Parameter kualitas air pada pembesaran ikan kerapu
No
|
Parameter
|
Satuan
|
Nilai
rata - rata
|
Alat
ukur
|
1
|
Salinitas
|
Ppm
|
30 – 33
|
Hand refractometer
|
2
|
Suhu
|
0C
|
29.5 - 30
|
Thermometer
|
3
|
Oksigen terlarut (DO)
|
Mg/liter
|
5.9 – 6.11
|
DO meter
|
4
|
Derajat keasaman
|
-
|
8.2 – 8.9
|
Kertas lakmus
|
5
|
Ammonia
|
Ppm
|
<0.1
|
Tes kit amonia
|
6
|
Kecerahan
|
meter
|
>10
|
Sechi disk
|
d. Factor
pendukung
ü Mudah
memperoleh sarana dan prasarana (kelengkapan rakit, peralatan kerja dan lain –
lainya)
ü Tersedianya
sumberdaya manusia yang memadai baik dalam proses pembuatan rakit maupun dalam
kegiatan berjalan. Dalam pemilihan SDM perlu di perhatikan latar belakang
sumberdaya manusia tersebut, terutama pendidikan dan keterampilannya.
Persyaratan minimal sebainya lulusan SD atau sebelumnya pernah bekerja pada
usaha yang sama.
ü Mudah
mendapatkan benih siap tebar dengan harga yang terjangkau
ü Mudah
mendapatkan pakan dan obat – obatan.
ü Lokasi
mudah di jangkau.
3.2 Persiapan
3.2.1
Konstruksi
Rakit / wadah
dalam
pembuatan Keramba Jaring Apung (KJA), langkah awal yang di lakukan adalah
membuat rakit terapung. Pembuatan rakit ini di lakukan di perairan pantai
dengan tujuan mempermudah dalam pembuatan dan pemindahan ke lokasi budidaya.
Sebuah rakit yang terbuat dari kayu terdiri dari rangka untuk menggantungkan
jaring dan pelampung kerangka rakit KJA terbuat dari kayu satu unit rakit
berukuran 9 x 9m2 terdiri dari 4 kantong jaring dengan ukuran 3x3x3m3.
Pada
umumnya ada 2 macam pelampung untuk rakit yaitu styrofom dan drum plastic,
styrofom mempunyai daya apung lebih tinggi dari pada drum plastic akan tetapi
harganya lebih mahal, untuk menjaga dari penempelan organisme styrofom harus di
berilapisan plastic.
Untuk menambatkan rangkaian
rakit pada perairan biasa menggunakan blok smen, jangkar besi, pipa galpanis, dan sebagainya. Jangkar
penahan KJA di PT.LESTARI PERIMATAM
mengunakan blok semen dengan bobot 80kg/jangkar. Tali jangkar yang di
gunakan terbuat dari bahan Polyethylene (PE) berdiameter 6 cm yang panjangnya 2
kali lipat dari kedalaman air. Di atas rakit di buat pondok untuk rumah jaga
dan lantai kerja. Konstruksi KJA dapat di lihat pada gambar 2. Berikut
Gambar
2. Konstruksi KJA di PT.LESTARI PRIMATAMA
3.2.2
Persiapan
jaring
Untuk
membuat kantong jaring yang di kehendaki sebagai wadah pemeliharaan di Keramba
Jaring Apung (KJA) dengan ukuran tertentu, perlu dipikirkan ukuran mata jaring
dan nilai hang in rationya. Hang in ratio adalah persentaseantara panjang
jaring sebelum dan setelah di rentangkan.
Beberapa
jaring dengan ikuran mata jaring (mesh size) yang berbeda harus di siapkan
selama pemeliharaan ikan. Ukuran mata jaring yang benar memudahkan sirkulasi
air dalam jaring, mencegah jaring tidak mudah kotor (yang mungkin parasit
berkembang biak dan berpotensi menyebabkan penyakit pada ikan) serta mencegah
ikan ikan lolos terjepit pada mata jaring.
Adapun ukuran mata
jaring yang sesuai dengan ukuran ikan peliharaan dapat di lihat pada tabel 4
dibawah ini.
Tabel
4. Ukuran mata jaring
Berat
ikan (gr)
|
Ukuran
jarring (m)
|
Ukuran
mata jarring (inchi)
|
bahan
|
5 - 10
|
3x3x3
|
0.5
|
Poly Ethylene (PE)
|
10 – 50
|
3x3x3
|
0.75
|
PE
|
50 – 150
|
3x3x3
|
1
|
PE
|
150 – 300
|
3x3x3
|
1.5
|
PE
|
300 - 600
|
3x3x3
|
1.75 - 2
|
PE
|
Untuk menghindari ikan terluka
akibat bersinggungan dengan jarring/waring, sebaiknya digunakan jarring tanpa
simpul terutama untuk benih yang baru masuk.
Pemberat jarring harus tersedia
biasanya di buat dari blok smen cor dengan bobot 0.5 – 1kg/buah. Pemberat
jarring dibentang di dasar kantong jarring dengan tujuan agar wadah
pemeliharaan (jarring) tetap berbentuk kubus.
3.2.3
persiapan
perlengkapan
selain
rakit apung, terdapat beberapa perlengkapan yang harus disiapkan untuk
memudahkan operasional kegiatan pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) di
Keramba Jaring Apung (KJA). Adapun perlengkapan yang harus di persiapkan adalah
:
1. perahu,
sebuah perahu di perlukan untuk mengangkut ikan benih dan hasil panen), pakan, jarring,
dan perlengkapan – perlengkapan operasional lainnya.
2. Aerator/
Blower, di perlukan selama treatmen ikan dengan perendaman air tawar dan obat –
obatan untuk pengobatan ikan sakit.
3. Paranet/
penutup jaring, di rentangkan di atas KJA dengan fungsi untuk mengurangi sinar
matahari masuk atau menaungi keramba.
4. Peralatan
lain, yaitu peralatan yang diperlukan
untuk kegiatan sehari – hari di antaranya serok, timbangan, keranjang, bak
ember dan lain – lain.
3.3 Pengadaan benih
3.3.1
ketersediaan
benih
benih
ikan kerapu (Epinephelus Sp) yang di pelihara di Keramba jaring Apung (KJA)
PT.LESTARI PRIMATAMA berasal dari keramba di labuahan jambu dan hasil alam /
tangkapan para nelayan setempat.
3.3.2
Syarat
benih
benih
ikan kerapu (Epinephelus Sp) harus mempunyai mutu baik, sehat dan ukurannya
seragam. Benih yang sehat berwarna cerah, gerakannya lincah, aktif, nafsu
makanya tinggi dan tidak cacat pada fisik, sirip maupun bagian tubuh lainya.
Pemilihan atau seleksi benih di lakukan satu persatu, untuk memisahkan benih
sesuai ukuran dan memisahkan benih yang jelek. Secara kualitas, benih
dikategorikan unggul apabila memenuhi beberapa persyaratan atau ciri – ciri
sebagai berikut :
a. Pertumbuhan
cepat sesuai dengan umumnya.
b. Benih
tidak sakit atau membawa virus Viral Nerveuos Necrosis (VVN)
c. Bentuk
badan normal, tidak cacat dan bentuk tubuhnya normal (overculum dan mulut
normal).
d. Ukuran
benih relatif seragam (dengan panjang lebih dari 8cm/ekor).
e. Nafsu
makan tinggi, sangat responsif terhadap pakan (mampu memanfaatkan pakan buatan
maupun rucah dengan baik)
f. Gerakan
benih saat di balik lincah (respon terhadap rangsangan dari luar,misalnya aktif
terhadap kejutan).
g. Warna
kulit jelas mengkilat.
Benih ikan kerapu
(Epinephelus Sp) yang sehat biasanya berwarna cerah, gerakannya lincah, aktif,
nafsu makan tinggi dan tidak ada kelainan pada fisik seperti sisik , sirip
maupun tubuh lainnya seperti pada gambar 3 di bawah ini
Gambar
3. Benih ikan kerapu macan
3.4 Penebaran Benih
Penebaran
benih ikan kerapu(Epinephelus Sp) di lakukan secara hati – hati dan cermat, di
lakukan dalam beberapa tahap yang bertujuan untuk menghindari benih stres dan
akhirnya mati. Di antara tahapan ini adalah ikan diseleksi berdasarkanukurannya
karena ikan kerapu pada umumnya bersifat kanibal. Setelah yakin ukuran ikan
sudah seragam, tahap berikutnya dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dan
salinitas pada lingkungan yang baru agar agar benih dapat menyesuaikan dirio
dengan media baru. Selanjutnya benih siap ditebar dalam kantong jaring KJA dan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas
atau hujan.
Padat
tebar benih untuk 2 sampai 2.5cm adalah 200 sampai 300ekor/m3 air
media pemeliharaan. pada penebaran awal, benih berukuran kurang dari 8cm/ekor
ditebar dalam waring (mess size 5mm) berukuran 1x1x1m3 dengan
kepadatan 75 ekor atau 150 ekor pada waring berukuran 3x1x1m3. Benih
dipelihara hingga ukuran 30 – 50gr/ekor. Selanjutnya benih di pindahkan ke
jaring PE (mess size 1 inchi) berukuran 3x3x3m3 dengan padat tebar
300 ekor/jaring, di pelihara hingga siap jual.
3.5 Pemeliharaan ikan kerapu
3.5.1
pakan
dan pemberian pakan
pakan
merupakan faktor yang memegang peran penting untuk menunjang keberhasilan suatu
usaha budidaya karena biaya pakan adalah biaya operasional terbanyak sehingga
harus di tekan sampai sekecil – kecilnya, tetapi hasilnya optimal. Ini dapat di
lakukan melalui pemilihan jenis pakan dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi,
selera ikan, dan harga yang relatif murah.
Jenis pakan yang
digunakan di Keramba Jaring Apung (KJA) PT.LESTARI PRIMATAMA untuk pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp)
adalah ikan rucah segar pellet kering (gambar 4 dan 5). Sebelum di berikan ikan
rucah di bersihkan insang dan isi perutnya pemberian pakan di lakukan setiap
hari sekali secara adbilitium (pemberian pakan secara sedikit demi sedikit
sampai ikan kenyang) dengan persentase 1 – 3% berat badannya.
Gambar
4. Pakan rucah untuk ikan kerapu
Gambar
5. Pakn pellet kering untuk ikan kerapu merk megami
Ikan kerapu (Epinephelus Sp) pada
dasarnya adalah ikan karnivora dan respon terhadap kandungan protein pakan yang
cukup tinggi karena itu perlu di berikan pakan dengan kandungan protein sekitar
40 – 50%. Adapun komposisi nutrisi pakan yang digunakan di Keramba Jaring Apung
(KJA) PT.LESTARI PRIMATAMA dapat di lihat pada tabel 5. Berikut :
No
|
Nutrisi
|
Komposisi
|
1
|
Protein
|
50%
|
2
|
Air
|
11%
|
3
|
Lemak
|
8%
|
4
|
Serat kasar
|
3%
|
5
|
Abu
|
12%
|
Selama pemeliharaan ikan kerapu
untuk menghindari sters setelah sampling dan selama cuaca kurang bagus,
pemberian pakan dengan pellet dapat di tambah Vitamin C dengan dosis 2 – 3 gram
/ kg pakan . penambahan di lakukan 15 menit sebelum pemberian pakan. Pakan yang
telah di campur vitamin ini tidak boleh disimpan terlalu lama.
3.5.2
Pengendalian
Penyakit
Salah
satu yang di hadapi pada pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) dalam KJA
adalah penyakit. Penyakit merupakan suatu gangguan fungsi atau terjadinya
perubahan anatomi , kimiawi ataupun fisiologi organ tubuh ikan atau suatu
kondisi patologi dari tubuh ikan yang di tandai dengan adanya gangguan
histologi dan fisiologi yang dapat menyebabkan kamatian pada ikan peliharaan.
Penyaki juga dapat didefinisikan segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan
pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung atau teganggunya
kesehatan ikan yang di akibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan
(Junaidi 2003)
Penyakit
merupakan hal yang sangat riskan dalam kegiatan budidaya. Oleh karena itu perlu
adanya tindakan penanggulangan sejak dini. Tindakan – tindakan penanggulangan
yang dapat di lakukan di antaranya adalah sebagai berikut :
ü Pengelolaan
pakan yang tepat, baik jenis, tepat kualitas dan nilai nutrisi secara tepat
penyimpanan untuk mempertahankan mutu pakan.
ü Penanganan
yang hati – hati baik saat penebaran, garding maupun saat pengambilan sampel
dan cek kesehatan ikan.
ü Penyesuaian
padat tebar sesuai dengan ukuran ikan.
ü Rutin
melakukan pembersihan jaring dan pergantian jaring.
ü Bila
ada ikan yang sakit segera di pisahkan dari ikan yang sehat (tindakan
karantina)
Penyakit
yang sering menyerang ikan kerapu (Epinephelus Sp) pada tahap pembesaran dalam
KJA milik PT.LESTARI PRIMATAMA adalah penyakit yang di sebabkan oleh parasit
dan bakteri.
a.
Penyakit
yang di sebabkan oleh bakteri
Infeksi vibrio merupakan penyaki bakteri yang menyerang
saat ikan mengalami luka fisik dan stres.
Adapun tanda – tanda ikan yyang terserang penyakit ini adalah hilang
nafsu makan, pendarahan cafran, e.all dalam talam Sutarmet et.all (2003).
Perlakuan yang di lakukan adalah perendaman dengan Elbaju dengan dosis 500 –
100 gram/m3 selama 2 jam.
b.
Penyakit
yang di sebabkan oleh bakteri
b.1 inveksi cacing kulit (Benedenia Sp)
caccing
kulit adalah parasit eksternal yang umunya pada budidaya laut.ada beberapa
jenis trema toda yang di temukan pada ikan kerapu salah satunya Benedenia Sp.
Adapun gejala tekhnis ikan yang
terserang penyakit ini adalahhilangnya nafsu makan , berenang tidak normal,
kadang – kadang dengan posisi kepala kebawah,
mata putih mengalami dan mengalami pendarahan dan kulitmengalami
kerusakan atau buruk jika terinfeksiparah serta tubuh berwarna pucat
Gambar
5.sirip ikan kerapu yang terinveksi
cacing kulit (Bendenia Sp)
1. Sirip ikan yang terserang penyakit
benediasis
2.
Morfologi
parasit Benedinia sp
BAB IV
MASALAH DAN PEMBAHASAN
4.1 Masalah
Masalah
sering dihadapi pada kegiatan pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) di
PT.LESTARI PRIMATAMA adanya serangan penyakit terutama terutama yang di
sebabkan oleh inveksi bakteri Vibrio dan infeksi cacing kulit golongan
Trematoda seperti Benedenia Sp. Yang sering menyerang bagian.
Timbulnya
penyakit pada suatu kawasan budidaya ikan selama ini lebih di karenakan
pengetahuan pengelolaatau manajemen kesehatan di lapangan masih sangat
terbatas. Akibatnya muncul beberapa sikap mencoba – coba (spekulasi) untuk
melakukan pengobatan sendiri sesuai
dengan tingkat pengetahuan dosis dan tekhnik penggunaan obat, bahkan kadang –
kadang pengobatan di lakukan dengan mengkombinasikan beberapa obat – obatan,
sehingga efeknya beberapa agen penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur, maupun
trematoda / nematoda ) menjadi kebal atau tidak terpengaruh dengan perlakuan
pengobatan yang diberikan.
4.2 Pembahasan
untuk
mengantisipasi dan menanggulangi permasalahan – permasalahan pada kegiatan
pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) yang di pelihara di PT. LESTARI
PRIMATAMA maka beberapa prinsip budidaya ikan kerapu yang harus di pegang yaitu
adanya lokasi yang mendukung, konstruksi rakit yang memadai, pengelolaan benih
siap tebar, ketersediaan pakan, teknologi budidaya yang telah di kuasai, SDM
yang memadaidan kondisi sekitar areal budidaya yang mendukung.
Dalam
pemilihan lokasi budidaya, perlu mempertimbangkan : perairan meruapakan teluk
/terlindung serta aman dari faktor gangguan alam, buakan jalur pelayaran jauh
tidak ada muara sungai, dasar perairan berpasir dan kedalaman perairan yang
cukup (secara kualitas, perairan pendukung).
Benih
yang akan di pelihara harus memenuhi persyaratan baik persyaratan fisik maupun
persyaratan kesehatan. Persyaratan fisik misalnya benih tidak cacat seragam,
respon terhadap rangsangan dan pakan, warna kulit mengkilap. Persyaratan
persyaratan kesehatan meliputi benih tidak sakit atau membawa virus Viral
Nerveuos Necrosis (VVN) dan pertumbuhannya cepat sesuai dengan umurnya.
Berkaitan
dengan permasalahan penyakit, langkah preventif yang bisa di lakukan adalah :
ü Menggunakan
jaring dengan mesh size yang sesuai dengan ukuran pertumbuhan ikan. Kantong
jaring KJA harus rutin di ganti.
ü Pengelolahan
pakan yang tepat, baik tepat jenis, tepat kualitas dan nilai nutrisi serta
tepat menyimpanuntuk mempertahankan mutu pakan .
Sedangkan
langkah kuratif yang dilakukan di tempat praktek adalah :
Ø Bila
ada ikan yang sakit segera di pisahkan dari ikan yang sehat (tindakan
karantina)
Ø Terhadap
infeksi bakteri Vebrio, ikan yang terinfeksi dapat di perlakukan dengan Elbaju
dengan dosis 500 – 100 gram / m3 selama 2 jam.
Ø Infeksi
cacing kulit jenis Benedinia Sp. Yang menyerang bagian kulit, mata dan insang
dapat di treatmen dengan cara perendaman dalam air tawar selama 5 – 10 menit
atau dalam h2O2 (hidrogen proksida) dengan dosis 150 ppm
selama 30 menit. Bila yingkat serangannya parah maka dapat di lakukan perendaman
sebanyak 2 kali dengan selang waktu seminggu. Sedangkan infeksinsang oleh
Trematoda jenis Peseudorhabdosynochus Sp di treatmen dengan perlakuan
perendaman dalam air tawar selama 5 menit, atau perendaman dalam formalin 250
ppm selama 2 jam.
BAB V
ANALISA USAHA
5.1 Biaya Investasi
ü Rakit
4 unit Rp.20.000.000 =Rp.
80.000.000
ü Rumah
jaga =Rp.
20.000.000
ü Jaring
88 buah =Rp.
40.000.000
ü Perahu
=Rp.
30.000.000
ü Lain
– lain =Rp.
35.000.000
Sub total =Rp.205.000.000
5.2 biaya
tetap
ü penysutan
Rp. 205.000.000 per 5 tahun x 20% =
Rp. 8.200.000
ü bunga
Rp.205.000.000 x 0.5 tahun =
Rp. 46.125.000
sub total =Rp.
54.325.000
5.3 biaya operasional
ü benih
10.000 ekor Rp. 10.000/ekor =Rp.
100.000.000
ü pakan
4 ton x Rp.10.0000 =Rp.
40.000.000
ü upaya
Rp.500.000/bilanx18bulanx6orang =Rp.
54.000.000
ü lain
– lain Rp.2.500.000/bulanx1.5 tahun =Rp.
45.000.000
sub total =Rp.
259.000.000
jumlah = sub total 1+2+3 =Rp.
498.325.000
5.4 Penerimaan
Ø Hasil
penjualan Rp.250.000/kgx4 Ton (4000kg)= Rp.1000.000.000
5.5 analisa biaya manfaat
laba operasional = penerimaan – Biaya operasional
= Rp.1.000.000.000 –
Rp.259.000.000
= Rp.741.000.000/1.5
tahun
= Rp. 494.000.000/tahun
Laba setelah investasi =penerimaan – Biaya total
= Rp.1.000.000.000 – Rp.
498.325.000
= Rp. 501.675.000/1.5
tahun
= Rp. 334.450.000/bulan
= Rp. 27.870.833/bulan
5.5.1
Cash
Flow (Arus Uang Keluar Masuk)
Cash Flow =Laba+Modal Interviestasi
= Rp. 501.675.000+Rp. 459.325.000
= Rp. 1.000.200.500
5.5.2
Tingkat
Keuntungan
= pendapatan x100%
Hasipenjualan
=Rp. 501.675.000 x100%
Rp.
1.000.000.000
=50%
5.5.3
Rentabilitas
Ekonomi
RE= laba
operaional x
100%
Modal investasi + biaaya operasional
RE
= Rp. 741.000.000 x 100%
Rp.205.000.000 + Rp
259.000.000
RE=
Rp.741.000.000 x 100%
Rp.
464.000.000
= 1.065x100%
= 107% (>bunga bank 24%)
Bunga bank 24%
Usaha Budidaya ikan kerapu layak dijadikan karena angka RE lebih tinggi dari
suku bunga bank
5.5.4
B/C
Rasio
= pendapatan kotor
biaya total
=
Rp. 1000.000.000
Rp.
498.325.000
=
2.01
Artinya
setiap penambahan biaya sebesar Rp. 1.00 akan memperoleh keuntungan sebesar
Rp.2.01
5.5.5
BEP
harga Produksi
= total biaya
Harga
stuan
= Rp. 498.325.000
Rp.4.000
=Rp.124.581/kg
Artinya titik balik modal akan tercapai
apabila harga produksi ikan kerapu mencapai Rp.124.581/kg.
5.5.6
BEP
Volume Produksi
=
total biaya
Harga satuan
= Rp.498.325.000
Rp.250.000
=Rp. 1995.5/kg
Artinya titik balik modal tercapai
apabila volume produksi mencapai 1995.5/kg
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari
hasil Praktek Kerja Industri (prakerin) tentang teknik pembesaran ikan
kerapu (Epinephelus Sp) di unit Keramba
Jaring Apung (KJA) PT.LESTARI PRIMATAMA dapat di simpulkan bahwa :
a) Lokasi
untuk penempatan Keramba Jaring Apung (KJA) sebaiknya di teluk, bebas dari
gelombang besar dan angin kencang, bebas dari bahan pencemarandan mudah di
jangkau.
b) Pakan
yang di gunakan pada kegiatan pembesaran ikan kerapu di KJA adalah pakan pellet
biasanya di perkaya dengan vitamin C dengan dosis 2 – 3 gram/kg ikan guna
meningkatkan daya tahan tubuh ikan terhadap stress.
c) Cara
mengurangi serangan penyakit pada ikan kerapu adalah dengan memberikan vitamin
pada pakan dan rutin melakukan pergantian jaring.
d) Dari
hasil analisa usaha pada usaha pembesaran ikan kerapu di KJA milik PT.LESTARI
PRIMATA bahwa usaha yang di jalankan di
katakan layak. Hal ini di lihat dari nilai RE (Rentabilitas Ekonomi) mrncapai
107% (lebih besar dari suku bunga bank saat ini yaitu 24%), tingkat keuntungan
mencapai 50% dan B/C Ratio 2.01 (2.01 kali dari biaya yang di investasikan).
Dari analisa BEP, usaha pembesaran ikan kerapu di katakan menguntungkan karen
nilainya BEP harga yaitu Rp 124.581/kg. ekor (lebih kecil dari harga jual ikan
kerapu yaitu rata – rata Rp 250.000/kg) dan BEP produksi dicapai 1995.5kg
sementara produksi melampaui angka BEP yaitu 4.000kg.
6.2
Saran
Beberapa
saran yang dapat penyusun paparkan dari hasil Praktek Kerja Industri tentang
tekhnik pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) di KJA PT.LESTARI PRIMATAMA
adalah :
1.
Penggunaan antibiotik untuk treatmen
pengobatan ikan kerapu yang terserang penyakit harusnya bijaksana, bahkan
disarankan untuk tidak di gunakan secara terus – menerus sebab bisa menimbulkan
respon kekebalan dari agen penyakit.
2.
Yidak menebar benih yang berukuran di bawa 7
cm, karena tingkat mortalitasnya sangat tinggi. Perlu di hindari kegiatan –
kegiatan yang dapat menyebabkan stress pada ikan seperti berlari – lari di atas
keramba pada waktu pemberian pakan, pergantian jaring secara kasar ataupun
kegiatan sampling dan pemeriksaan kesehatan dengan kasar, karena ikan akan
terkejut, takut. Tergores/ luka sehingga ikan tidak mau makan yang pada
akhirnya lemah sehingga mudah di serang oleh agen penyakit