Sabtu, 28 Desember 2013

laporan prakerin


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang

Ikan Kerapu adalah komoditas penting untuk budidaya laut di Asia Tenggara karena memiliki pangsa pasar yang besar dan nilai ekonomi tinggi. Pada mulanya, lebih dari 10 jenis kerapu sudah dibudidayakan namun menggunakan benih dan gelondongan ikan yang ditangkap dari alam di daerah yang bersangkutan.
Pada tahun 1999, penelitian dan pengembangan untuk multi spesies hatchery yang dilakukan bersama oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut-Gondol dengan JICA pertama kali sukses memproduksi masal benih kerapu bebek, Cromileptes altivelis dan benih kerapu macan (Kawahara, et.al., 2000; Sugama et.al.,2001). Sedangkan untuk memproduksi masal benih kerapu sunu pada tahun 2005. Pengembangan teknologi telah didesiminasikan kepada hatchery pemerintah maupun swasta, sehingga produksi benih kerapu bebek meningkat secara drastis dan lebih dari 1 juta benih pada tahun 2001 (Kawahara dan Ismi, 2003). Teknologi ini juga diterapkan untuk produksi benih kerapu macan, Ephinephelus fuscoguttatus oleh hatchery-hatchery swasta. Pada tahun 2002, produksi benih kerapu macan lebih dari 2,6 juta (Kawahara dan 2003). Untuk kerapu sunu sampai saat ini tahun 2006 lebih dari 0,5 juta (Kominikasi  Suko Ismi, 2006)
Sebagai hasil suplai benih secara kontinyu dari perbenihan, beberapa penduduk mulai budidaya kerapu, utamanya menggunakan system budidaya keramba jaring apung diberbagai lokasi di Indonesia. Terutama di propinsi Lampung, Batam telah berhasil dalam mengembangkan budidaya laut di keramba jaring apung dengan menggunakan benih dari hatchery. Pada tahun 2002, sejumlah 42 pembudidaya dengan menyerap tenaga sebanyak 250 orang dan beberapa diantaranya panen 4,8 ton untuk kerapu bebek dan 30,2 ton untuk kerapu macan (Kawahara dan Ismi, 2003). Meskipun produksi ini relatif kecil, namun kenyataan ini menunjukkan bahwa budidaya kerapu berkembang menjadi industri perikanan yang menjanjikan di propinsi tersebut. 
Selama melakukan kegiatan budidaya ternyata terjadi beberapa masalah. Antara lain sintasan kerapu yang dibudidayakan terutama kerapu bebek, pada saat ini masih jauh lebih rendah daripada ikan laut lainnya seperti seabream dan kakap putih. Untuk kerapu bebek sintasan hanya 10-30% pada umumnya terjadi di lapangan, bahkan kadang-kadang gagal total/ sintasan 0% (hasil wawancara dengan petani). Pembudidaya umumnya menyatakan bahwa kendala terbesar adalah wabah penyakit. Hal ini disadari pada saat survei di Riau, Lampung, Jawa Timur dan Lombok, akan tetapi kebanyakan penyakit memungkinkan untuk dikontrol jika pembudidaya memiliki pengetahuan cukup dan teknologi yang sesuai. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menyediakan petunjuk budidaya kerapu bagi petani pembudidaya. Tulisan ini dipersiapkan berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman budidaya kerapu di keramba jaring apung dan Pegametan selama survei lapang.
1.2  Tujuan Pelaksanaan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Industri (prakerin) ini adalah untuk:
1.    Mengetahui secara langsung tekhnik pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) dalam Keramba Jaring Apung (KJA) dari tahap persiapan sampai pane.
2.    Turut serta mengikuti kegiatan pembesaran ikan kerapu dalam KJA dari tahap persiapan sampai panen.
3.    Memahami permasalahan – permasalahan dan langkah pemecahan terhadap masalah yang berkaitan dengan pembesaran ikan kerapu di KJA dari tahap persiapan hingga panen.
4.    Membandingkan pengetahuan praktis dengan teoritis yang di dapat melalui proses belajar mengajar di sekolah dengan kenyataan factual (tekhnis dan aplikatif) yang ada di lapangan.
5.    Sarana berlatih untuk menghayati kehidupan masyarakat khususnya masyarakat budidayawan, sehingga dapat di jadikan dasarpijak dan modal awal bagi terbentuknya jiwa wirausaha di kemudian hari.
1.3  Waktu dan Tempat Pelaksanaan
kegiatan Praktek Kerja Industri (prakerin) dilaksanakan mulai tanggal 2 Maret sampai dengan 16 Mei 2013, bertempat di PT.LESTARI PRIMATAMA Desa luk, Kecamatan Ree, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
1.4  Metode Praktek
metode yang di gunakan selam Praktek Kerja Industri yaitu :
1.    Metode Observasi yaitu melihat secara langsung dan mengamati Objek – objek dan mencatat segala yang di perlukan.
2.    Metode Interview yaitu mengumpulkan data yang di lakukan dengan Tanya jawab dengan pemilik usaha, tekhnisi maupun operator dan mencatat segala isi pembicaraan yang perlu.
3.    Metode Dokumentasi yaitu mencatat dan meliput semua dokumen, objek – objek yang perlu di amati di unit usaha tempat praktek.







BAB II
KEADAAN UMUM LOKASI

2.1 Sejarah berdirinya PT.LESTARI PRIMATAMA
            PT.LESTARI PRIMATAMA mula berdiri pada tahun 1992 di pusat kota Sumbawa dengan nama PT.BUDINDO kemudian pada tahun 2002 nama PT.BUDINDO berubah dengan nama CV.BUDI LAUT LESTARI pada tahun 2003 karena di rasa sebagai perusahaan yang bergerak di bidang budidaya perikanan berkantor di pusat kota tidak cocok maka CV.BUDI LAUT LESTARI pindah ke Desa luk Kecamatan Ree kemudian pada tahun 2011 nama CV.BUDINDO LAUT LESTARI  di rubah lagi menjadi PT LESTARI PRIMATAMA hingga sekarang.
2.2 Letak dan Luas Areal Usaha.
            PT.LESTARI PRIMATAMA terletak di Desa Luk Kecamatan Ree Kabupaten Sumbawa dengan luas lokasi secara keseluruhan mencapai 1 hektar mencakup wilayah perairan dan daratan.
2.3 Struktur Organisasi
            Struktur organisasi merupakan salah satu alat yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dari suatu organisasi serta pelaksanaan tugas – tugas tiap – tiap bagian. Dalam setiap perusahaan di perlukan struktur organisasi yang jelas agar pembagian tugas – tugasdalam organisasi tersebut dapat di laksanakan dengan baik.
            Dalam suatu usaha struktur organisasi sangat penting perannya dalam pengelompokan kegiatan yang di perlukan yakni penetapan susunan kegiatan serta tugas dan fungsi – fungusi dari tiap unit yang ada dalam organisasi tersebut.
            Dalam melaksanakan kegiatan Keramba Jaring Apung (KJA) PT.LESTARI PRIMATAMA mempunyai struktur yang teratur untuk dapat mencapai tujuan dari organisasi.struktur Organisasi dapat di lihat pada gambar 1.
            PT.LESTARI PRIMATAMA di pimpin oleh seorang direktur yang mempunyai tugas sebagai pimpinan yang bertanggung jawab penuh atas aktivitas administrasi dan operasional di PT.LESTARI PRIMATAMA  dan mempunya wewenang untuk mengambil keputusan sedangkan perangkat organisasi yang bertugas langsung secara penuh di lapangan adalah bagian coordinator lapangan dan anak pakan di setiap unit rakit. Bagian coordinator lapangan yang terdiri dari beberapa karyawan yang bertugas untuk menjaga dan mengamati pertumbuhan ikan yang di pelihara dan merekomendasikan hal – hal tekhnis pada bagian anak pakan. Anak pakan yang terdiri dari beberapa karyawan bertugas mengurus masalah pengelolahan pakan di setiap unit rakit masing – masing Keramba Jaring Apung (KJA), berdasarkan instruksi dan system budidaya yang di rancang oleh coordinator lapangan/tekhnisi.



Gambar 1. Struktur Organisasi PT.LESTARI PRIMATAMA


Text Box: KEPALA 
KETUT SUGIARTO
 
Text Box: KARYAWANText Box: KARYAWAN

Text Box: ANAK PAKANText Box: KORLAP 















2.6 Sarana dan Prasarana
            Untuk memperlancar proses pelaksanaan kegiatan pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) di Keramba Jaring Apung (KJA), PT.LESTARI PRIMATAMA telah melengkapi sarana dan prasarana yang dapat menunjang rangkaian kegiatan pembesaran, yang meliputi unit KJA, fasilitas penunjang dan peralatan kerja. Adapun sarana dan prasarana tersebut adalah seperti di sajikan pada table 1, table 2, table 3 di bawah ini :
Table 1. Sarana Keramba Jaring Apung PT.LESTARI PRIMATAMA
No
Jenis barang
Jumlah
Ket.sepesipikasi
1
Rakit
8 unit
5 unit KJA 8 lubang dan 3 unit KJA 4 lubang
2
Jaring
88 unit
68 jaring utama dan 20 jaring pengganti
3
Pemberat jaring
272 buah
Terbuat dari pipa ½ inci
4
Pelampung
159 buah
Terbuat dari styrofom dan drum plastik
5
Jangkar
50 buah
Terbuat dari besi dan beton
6
Paranet
5 unit
@100m x 1m





Table 2. Prasarana Keramba Jaring Apung
No
Jenis barang
Jumlah
keterangan
1
Genset
1 buah
Merek honda
2
Perahu
1 buah

3
Blower
2 buah
Merek Hi – Blow
4
Gudang pakan
1 buah

5
Kamar
1 buah


Table 3. perlengkapan sehari – hari di Keramba Jaring Apung
No
Jenis barang
Jumlah
keterangan
1
Skopnet/serok
4 buah
Mesh size 1 inchi
2
Ember
5 buah
Volume 10 – 15 liter
3
Timbangan
3 buah
Kapasitas 1kg – 50 kg
4
Wadah pakan
4 buah
Volume 1 – 10 liter
5
Gunting
16 buah







BAB III
PROSES PRODUKSI
3.1  Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi untuk penempatan Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu hal yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp). Menurut Supratman. T. Hanafi A. dan Khawara S (2003) untuk memudahkan dan menekan resiko dalam usaha pembesaran ikan kerapu ada beberapa factor yang harus di perhatikan yang berkaitan dengan pemilihan lokasi yaitu :
1.    Suhu (Temperatur)
Suhu perairan yang cocok untuk kehidupan ikan kerapu adalah antar 27 – 300C
2.    Salinitas (kadar garam)
Salinitas air laut yang cocok untuk kehidupan ikan kerapu adalah 30  - 35ppt
3.    pH ( Derajat Keasaman)
pH atau derajat keasaman air laut yang cocok untuk ikan kerapu adalah 7,5 – 8
4.    Kecerahan Air
Kecerahan air merupakan batas penetrasi cahaya kekedalaman air laut. Tingkat kecerahan air laut merupakan hal yang sangat penting untuk memelihara ikan kerapu. Jika kecerahan air rendah maka sulit untuk melihat kondisi kesehatan ikan. Kecerahan air yang baik adalah antara 5 – 12 m
5.    Kecepatan Arus
Kecepatan arus berhubungan dengan sirkulasi air yang berperan membawa bahan – bahan organic dan anorganik perairan mensirkulasi gas – gas termasuk oksigen. Kecepatan arus yang baik yaitu 10 cm/detik. Apabila arus air terlalu lambat dapat menyebabkan menempelnya organism partikel tersuspensi pada jaring.
6.    Gelombang dan Angin
Lokasi pembesaran ikan kerapu harus terhindar dari gelombang dan angin kencang.
7.    Kedalaman Air
Kedalaman air sebaiknya 15 – 20 meter pada waktu surut air laut, penutupan dasar jaring oleh lumpur dasar perairan yang mungkin teraduk naik.
8.    Pencemaran
Lokasi perairan harus jauh dari pengaruh berbagai macam pencemaran seperti minyak, sampah, limbah domestic, limbah industry dan lain – lain
9.    Prasarana
Ketersediaan sumberlistrik, air tawar dan transportasi merupakan hal yang sangat penting dalam kelancaran operasional usaha. Tempat tinggal di darat merupakan sarana penunjang untuk jalannya operasional KJA dan jaraknya tidak boleh terlalu jauh.
10. Suber pakan
lokasi keramba jaring apung (KJA) harus dekat dengan daerah penangkapan ikan agar mudah mendapatkan ikan yang segar dan murah, bisa di dapat setiap saat di perlukan.
Pemilihan lokasi dalam pemeliharaan ikan kerapu  (Epinephelus Sp) system KJA merupakan salah satu factor penentu layak atau tidak layaknya komoditas ini untuk di kembangkan dan dapat memberikan keuntungan bagi pengelolahnya. Kesalahan dalam menentukan lokasi dapat beakibat kerugian dalam biaya operasional dan tenaga.
Lokasi yang akan di jadikan area budidaya dapat di tentukan terlebih dahulu dengan cara melihat dari peta daerah setempat atau dari sumber informasi yang dapat di percaya. Pertimbangan dalam tahap ini adalah lokasi tersebut merupakan daerah teluk bukan merupakan jalur pelayaran dan tidak terdapat muara sungai. Ada beberapa factor yang perlu di perhatika :
a.    Factor keamanan
Factor keamanan erat kaitannya kenyamanan dan kontinyuitas usaha. Factor ini berhubungan ada tidaknya gangguan atau intervensi dari masyarakat yang tinggal di sekitar area tersebut, misalnya pencurian, pengeboman, dan pemotasan ikan dan lain – lain. Untuk mengiliminir factor ini perlu adanya pendekatan –pendekatan terhadap masyarakat dengan cara mengikut sertakan masyarakat tersebut secara langsung baik saat survey lokasi maupun saat pelaksanaan kegiatan.
b.    Factor gangguan alam
Factor – factor alam merupakan factor yang tidak bisa di control dan merupakan factor pembatas. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
Ø  Bukan daerah Up Welling
Lokasi harus terhindar dari proses perputaran air dasar ke permukaan (Up Welling) yang menyebabkan lumpur dasar teraduk dan mengotori perairan.
Ø  Pencemaran
Lokasi harus bebas dari pencemaran atau limbah, baik limbah industry maupun limbah masyarakat setempat.
Ø  Curah hujan
Lokasi sebaiknya mempunyai curah hujan rendah sepanjang tahun, hal ini untuk menghindari fluktuasi kualitas air laut yang ekstrim sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan kerapu
Ø  Kedalaman
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap lokasi penempatan KJA dan kualitasair pada lokasi tersebut. KJA sebaiknya di tempatkan pada kedalaman air saat surut terendah lebih dari 3 m ari dasar jaring.
c.    Factor kualitas air
Kualitas perairan laut tempat pembesaran ikan kerapu sebaiknyamemenuhi persyaratan – persyaratan  parameter kualitas air seperti pada table 4. Berikut :

Table 4. Parameter kualitas air pada pembesaran ikan kerapu
No
Parameter
Satuan
Nilai rata - rata
Alat ukur
1
Salinitas
Ppm
30 – 33
Hand refractometer
2
Suhu
0C
29.5 - 30
Thermometer
3
Oksigen terlarut (DO)
Mg/liter
5.9 – 6.11
DO meter
4
Derajat keasaman
-
8.2 – 8.9
Kertas lakmus
5
Ammonia
Ppm
<0.1
Tes kit amonia
6
Kecerahan
meter
>10
Sechi disk

d.    Factor pendukung
ü  Mudah memperoleh sarana dan prasarana (kelengkapan rakit, peralatan kerja dan lain – lainya)
ü  Tersedianya sumberdaya manusia yang memadai baik dalam proses pembuatan rakit maupun dalam kegiatan berjalan. Dalam pemilihan SDM perlu di perhatikan latar belakang sumberdaya manusia tersebut, terutama pendidikan dan keterampilannya. Persyaratan minimal sebainya lulusan SD atau sebelumnya pernah bekerja pada usaha yang sama.
ü  Mudah mendapatkan benih siap tebar dengan harga yang terjangkau
ü  Mudah mendapatkan pakan dan obat – obatan.
ü  Lokasi mudah di jangkau.
3.2  Persiapan
3.2.1     Konstruksi Rakit / wadah  
dalam pembuatan Keramba Jaring Apung (KJA), langkah awal yang di lakukan adalah membuat rakit terapung. Pembuatan rakit ini di lakukan di perairan pantai dengan tujuan mempermudah dalam pembuatan dan pemindahan ke lokasi budidaya. Sebuah rakit yang terbuat dari kayu terdiri dari rangka untuk menggantungkan jaring dan pelampung kerangka rakit KJA terbuat dari kayu satu unit rakit berukuran 9 x 9m2 terdiri dari 4 kantong jaring dengan ukuran 3x3x3m3.
Pada umumnya ada 2 macam pelampung untuk rakit yaitu styrofom dan drum plastic, styrofom mempunyai daya apung lebih tinggi dari pada drum plastic akan tetapi harganya lebih mahal, untuk menjaga dari penempelan organisme styrofom harus di berilapisan plastic.
Untuk menambatkan rangkaian rakit pada perairan biasa menggunakan blok smen, jangkar  besi, pipa galpanis, dan sebagainya. Jangkar penahan KJA di PT.LESTARI PERIMATAM  mengunakan blok semen dengan bobot 80kg/jangkar. Tali jangkar yang di gunakan terbuat dari bahan Polyethylene (PE) berdiameter 6 cm yang panjangnya 2 kali lipat dari kedalaman air. Di atas rakit di buat pondok untuk rumah jaga dan lantai kerja. Konstruksi KJA dapat di lihat pada gambar 2. Berikut

Gambar 2. Konstruksi KJA di PT.LESTARI PRIMATAMA
KJA1.JPG
3.2.2     Persiapan jaring
Untuk membuat kantong jaring yang di kehendaki sebagai wadah pemeliharaan di Keramba Jaring Apung (KJA) dengan ukuran tertentu, perlu dipikirkan ukuran mata jaring dan nilai hang in rationya. Hang in ratio adalah persentaseantara panjang jaring sebelum dan setelah di rentangkan.
Beberapa jaring dengan ikuran mata jaring (mesh size) yang berbeda harus di siapkan selama pemeliharaan ikan. Ukuran mata jaring yang benar memudahkan sirkulasi air dalam jaring, mencegah jaring tidak mudah kotor (yang mungkin parasit berkembang biak dan berpotensi menyebabkan penyakit pada ikan) serta mencegah ikan ikan lolos terjepit pada mata jaring.
Adapun ukuran mata jaring yang sesuai dengan ukuran ikan peliharaan dapat di lihat pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Ukuran mata jaring
Berat ikan  (gr)
Ukuran jarring (m)
Ukuran mata jarring (inchi)
bahan
5 - 10
3x3x3
0.5
Poly Ethylene (PE)
10 – 50
3x3x3
0.75
PE
50 – 150
3x3x3
1
PE
150 – 300
3x3x3
1.5
PE
300 - 600
3x3x3
1.75 - 2
PE

            Untuk menghindari ikan terluka akibat bersinggungan dengan jarring/waring, sebaiknya digunakan jarring tanpa simpul terutama untuk benih yang baru masuk.
            Pemberat jarring harus tersedia biasanya di buat dari blok smen cor dengan bobot 0.5 – 1kg/buah. Pemberat jarring dibentang di dasar kantong jarring dengan tujuan agar wadah pemeliharaan (jarring) tetap berbentuk kubus.
3.2.3     persiapan perlengkapan
selain rakit apung, terdapat beberapa perlengkapan yang harus disiapkan untuk memudahkan operasional kegiatan pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) di Keramba Jaring Apung (KJA). Adapun perlengkapan yang harus di persiapkan adalah :
1.    perahu, sebuah perahu di perlukan untuk mengangkut ikan benih dan hasil panen), pakan, jarring, dan perlengkapan – perlengkapan operasional lainnya.
2.    Aerator/ Blower, di perlukan selama treatmen ikan dengan perendaman air tawar dan obat – obatan untuk pengobatan ikan sakit.
3.    Paranet/ penutup jaring, di rentangkan di atas KJA dengan fungsi untuk mengurangi sinar matahari masuk atau menaungi keramba.
4.    Peralatan lain, yaitu  peralatan yang diperlukan untuk kegiatan sehari – hari di antaranya serok, timbangan, keranjang, bak ember dan lain – lain.
3.3  Pengadaan benih 
3.3.1     ketersediaan benih
benih ikan kerapu (Epinephelus Sp) yang di pelihara di Keramba jaring Apung (KJA) PT.LESTARI PRIMATAMA berasal dari keramba di labuahan jambu dan hasil alam / tangkapan para nelayan setempat.
3.3.2     Syarat benih
benih ikan kerapu (Epinephelus Sp) harus mempunyai mutu baik, sehat dan ukurannya seragam. Benih yang sehat berwarna cerah, gerakannya lincah, aktif, nafsu makanya tinggi dan tidak cacat pada fisik, sirip maupun bagian tubuh lainya. Pemilihan atau seleksi benih di lakukan satu persatu, untuk memisahkan benih sesuai ukuran dan memisahkan benih yang jelek. Secara kualitas, benih dikategorikan unggul apabila memenuhi beberapa persyaratan atau ciri – ciri sebagai berikut :
a.    Pertumbuhan cepat sesuai dengan umumnya.
b.    Benih tidak sakit atau membawa virus Viral Nerveuos Necrosis (VVN)
c.    Bentuk badan normal, tidak cacat dan bentuk tubuhnya normal (overculum dan mulut normal).
d.    Ukuran benih relatif seragam (dengan panjang lebih dari 8cm/ekor).
e.    Nafsu makan tinggi, sangat responsif terhadap pakan (mampu memanfaatkan pakan buatan maupun rucah dengan baik)
f.     Gerakan benih saat di balik lincah (respon terhadap rangsangan dari luar,misalnya aktif terhadap kejutan).
g.    Warna kulit jelas mengkilat.
Benih ikan kerapu (Epinephelus Sp) yang sehat biasanya berwarna cerah, gerakannya lincah, aktif, nafsu makan tinggi dan tidak ada kelainan pada fisik seperti sisik , sirip maupun tubuh lainnya seperti pada gambar 3 di bawah ini
Gambar 3. Benih ikan kerapu macan
Copy of fgcb.jpg   

3.4  Penebaran Benih
Penebaran benih ikan kerapu(Epinephelus Sp) di lakukan secara hati – hati dan cermat, di lakukan dalam beberapa tahap yang bertujuan untuk menghindari benih stres dan akhirnya mati. Di antara tahapan ini adalah ikan diseleksi berdasarkanukurannya karena ikan kerapu pada umumnya bersifat kanibal. Setelah yakin ukuran ikan sudah seragam, tahap berikutnya dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dan salinitas pada lingkungan yang baru agar agar benih dapat menyesuaikan dirio dengan media baru. Selanjutnya benih siap ditebar dalam kantong jaring KJA dan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas atau hujan.
Padat tebar benih untuk 2 sampai 2.5cm adalah 200 sampai 300ekor/m3 air media pemeliharaan. pada penebaran awal, benih berukuran kurang dari 8cm/ekor ditebar dalam waring (mess size 5mm) berukuran 1x1x1m3 dengan kepadatan 75 ekor atau 150 ekor pada waring berukuran 3x1x1m3. Benih dipelihara hingga ukuran 30 – 50gr/ekor. Selanjutnya benih di pindahkan ke jaring PE (mess size 1 inchi) berukuran 3x3x3m3 dengan padat tebar 300 ekor/jaring, di pelihara hingga siap jual.
3.5  Pemeliharaan ikan kerapu
3.5.1     pakan dan pemberian pakan
pakan merupakan faktor yang memegang peran penting untuk menunjang keberhasilan suatu usaha budidaya karena biaya pakan adalah biaya operasional terbanyak sehingga harus di tekan sampai sekecil – kecilnya, tetapi hasilnya optimal. Ini dapat di lakukan melalui pemilihan jenis pakan dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan, dan harga yang relatif murah.
Jenis pakan yang digunakan di Keramba Jaring Apung (KJA) PT.LESTARI PRIMATAMA  untuk pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) adalah ikan rucah segar pellet kering (gambar 4 dan 5). Sebelum di berikan ikan rucah di bersihkan insang dan isi perutnya pemberian pakan di lakukan setiap hari sekali secara adbilitium (pemberian pakan secara sedikit demi sedikit sampai ikan kenyang) dengan persentase 1 – 3% berat badannya.
Gambar 4. Pakan rucah untuk ikan kerapu
403069_236743803132211_353321773_n.jpg


Gambar 5. Pakn pellet kering untuk ikan kerapu merk megami
Copy of download.jpg Copy of download (1).jpg
            Ikan kerapu (Epinephelus Sp) pada dasarnya adalah ikan karnivora dan respon terhadap kandungan protein pakan yang cukup tinggi karena itu perlu di berikan pakan dengan kandungan protein sekitar 40 – 50%. Adapun komposisi nutrisi pakan yang digunakan di Keramba Jaring Apung (KJA) PT.LESTARI PRIMATAMA dapat di lihat pada tabel 5. Berikut :
No
Nutrisi
Komposisi
1
Protein
50%
2
Air
11%
3
Lemak
8%
4
Serat kasar
3%
5
Abu
12%
            Selama pemeliharaan ikan kerapu untuk menghindari sters setelah sampling dan selama cuaca kurang bagus, pemberian pakan dengan pellet dapat di tambah Vitamin C dengan dosis 2 – 3 gram / kg pakan . penambahan di lakukan 15 menit sebelum pemberian pakan. Pakan yang telah di campur vitamin ini tidak boleh disimpan terlalu lama.
3.5.2     Pengendalian Penyakit
Salah satu yang di hadapi pada pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) dalam KJA adalah penyakit. Penyakit merupakan suatu gangguan fungsi atau terjadinya perubahan anatomi , kimiawi ataupun fisiologi organ tubuh ikan atau suatu kondisi patologi dari tubuh ikan yang di tandai dengan adanya gangguan histologi dan fisiologi yang dapat menyebabkan kamatian pada ikan peliharaan. Penyaki juga dapat didefinisikan segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung atau teganggunya kesehatan ikan yang di akibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan (Junaidi 2003)
Penyakit merupakan hal yang sangat riskan dalam kegiatan budidaya. Oleh karena itu perlu adanya tindakan penanggulangan sejak dini. Tindakan – tindakan penanggulangan yang dapat di lakukan di antaranya adalah sebagai berikut :
ü  Pengelolaan pakan yang tepat, baik jenis, tepat kualitas dan nilai nutrisi secara tepat penyimpanan untuk mempertahankan mutu pakan.
ü  Penanganan yang hati – hati baik saat penebaran, garding maupun saat pengambilan sampel dan cek kesehatan ikan.
ü  Penyesuaian padat tebar sesuai dengan ukuran ikan.
ü  Rutin melakukan pembersihan jaring dan pergantian jaring.
ü  Bila ada ikan yang sakit segera di pisahkan dari ikan yang sehat (tindakan karantina)
Penyakit yang sering menyerang ikan kerapu (Epinephelus Sp) pada tahap pembesaran dalam KJA milik PT.LESTARI PRIMATAMA adalah penyakit yang di sebabkan oleh parasit dan bakteri.
a.    Penyakit yang di sebabkan oleh bakteri
Infeksi vibrio merupakan penyaki bakteri yang menyerang saat ikan mengalami luka fisik dan stres.  Adapun tanda – tanda ikan yyang terserang penyakit ini adalah hilang nafsu makan, pendarahan cafran, e.all dalam talam Sutarmet et.all (2003). Perlakuan yang di lakukan adalah perendaman dengan Elbaju dengan dosis 500 – 100 gram/m3 selama 2 jam.
b.    Penyakit yang di sebabkan oleh bakteri
b.1 inveksi cacing kulit (Benedenia Sp)
            caccing kulit adalah parasit eksternal yang umunya pada budidaya laut.ada beberapa jenis trema toda yang di temukan pada ikan kerapu salah satunya Benedenia Sp.
            Adapun gejala tekhnis ikan yang terserang penyakit ini adalahhilangnya nafsu makan , berenang tidak normal, kadang – kadang dengan posisi kepala kebawah,  mata putih mengalami dan mengalami pendarahan dan kulitmengalami kerusakan atau buruk jika terinfeksiparah serta tubuh berwarna pucat


Gambar 5.sirip ikan  kerapu yang terinveksi cacing kulit (Bendenia Sp)
Bevel: 2Bevel: 1       http://share.pdfonline.com/8913ca7c79084f4b8749b14e3377d405/Buku%20saku%20edit%20OK%20DEH_images/Buku%20saku%20edit%20OK%20DEH54x1.jpg
1.      Sirip ikan yang terserang penyakit benediasis
2.    Morfologi parasit Benedinia sp








BAB IV
MASALAH DAN PEMBAHASAN
4.1  Masalah
Masalah sering dihadapi pada kegiatan pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) di PT.LESTARI PRIMATAMA adanya serangan penyakit terutama terutama yang di sebabkan oleh inveksi bakteri Vibrio dan infeksi cacing kulit golongan Trematoda seperti Benedenia Sp. Yang sering menyerang bagian.
Timbulnya penyakit pada suatu kawasan budidaya ikan selama ini lebih di karenakan pengetahuan pengelolaatau manajemen kesehatan di lapangan masih sangat terbatas. Akibatnya muncul beberapa sikap mencoba – coba (spekulasi) untuk melakukan pengobatan sendiri  sesuai dengan tingkat pengetahuan dosis dan tekhnik penggunaan obat, bahkan kadang – kadang pengobatan di lakukan dengan mengkombinasikan beberapa obat – obatan, sehingga efeknya beberapa agen penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur, maupun trematoda / nematoda ) menjadi kebal atau tidak terpengaruh dengan perlakuan pengobatan yang diberikan.
4.2  Pembahasan
untuk mengantisipasi dan menanggulangi permasalahan – permasalahan pada kegiatan pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) yang di pelihara di PT. LESTARI PRIMATAMA maka beberapa prinsip budidaya ikan kerapu yang harus di pegang yaitu adanya lokasi yang mendukung, konstruksi rakit yang memadai, pengelolaan benih siap tebar, ketersediaan pakan, teknologi budidaya yang telah di kuasai, SDM yang memadaidan kondisi sekitar areal budidaya yang mendukung.
Dalam pemilihan lokasi budidaya, perlu mempertimbangkan : perairan meruapakan teluk /terlindung serta aman dari faktor gangguan alam, buakan jalur pelayaran jauh tidak ada muara sungai, dasar perairan berpasir dan kedalaman perairan yang cukup (secara kualitas, perairan pendukung).
Benih yang akan di pelihara harus memenuhi persyaratan baik persyaratan fisik maupun persyaratan kesehatan. Persyaratan fisik misalnya benih tidak cacat seragam, respon terhadap rangsangan dan pakan, warna kulit mengkilap. Persyaratan persyaratan kesehatan meliputi benih tidak sakit atau membawa virus Viral Nerveuos Necrosis (VVN) dan pertumbuhannya cepat sesuai dengan umurnya.
Berkaitan dengan permasalahan penyakit, langkah preventif yang bisa di lakukan adalah :
ü  Menggunakan jaring dengan mesh size yang sesuai dengan ukuran pertumbuhan ikan. Kantong jaring KJA harus rutin di ganti.
ü  Pengelolahan pakan yang tepat, baik tepat jenis, tepat kualitas dan nilai nutrisi serta tepat menyimpanuntuk mempertahankan mutu pakan .
Sedangkan langkah kuratif yang dilakukan di tempat praktek adalah :
Ø  Bila ada ikan yang sakit segera di pisahkan dari ikan yang sehat (tindakan karantina)
Ø  Terhadap infeksi bakteri Vebrio, ikan yang terinfeksi dapat di perlakukan dengan Elbaju dengan dosis 500 – 100 gram / m3 selama 2 jam.
Ø  Infeksi cacing kulit jenis Benedinia Sp. Yang menyerang bagian kulit, mata dan insang dapat di treatmen dengan cara perendaman dalam air tawar selama 5 – 10 menit atau dalam h2O2 (hidrogen proksida) dengan dosis 150 ppm selama 30 menit. Bila yingkat serangannya parah maka dapat di lakukan perendaman sebanyak 2 kali dengan selang waktu seminggu. Sedangkan infeksinsang oleh Trematoda jenis Peseudorhabdosynochus Sp di treatmen dengan perlakuan perendaman dalam air tawar selama 5 menit, atau perendaman dalam formalin 250 ppm selama 2 jam.










BAB V
ANALISA USAHA
5.1  Biaya Investasi
ü  Rakit 4 unit Rp.20.000.000                                       =Rp. 80.000.000
ü  Rumah jaga                                                                =Rp. 20.000.000
ü  Jaring 88 buah                                                                        =Rp. 40.000.000
ü  Perahu                                                                                     =Rp. 30.000.000
ü  Lain – lain                                                                    =Rp. 35.000.000
Sub total                                                                       =Rp.205.000.000
5.2  biaya tetap
ü penysutan Rp. 205.000.000 per 5 tahun x 20%               = Rp. 8.200.000
ü bunga Rp.205.000.000 x 0.5 tahun                                                = Rp. 46.125.000
sub total                                                                                   =Rp. 54.325.000
5.3  biaya operasional
ü  benih 10.000 ekor Rp. 10.000/ekor                                     =Rp. 100.000.000
ü  pakan 4 ton x Rp.10.0000                                                     =Rp. 40.000.000
ü  upaya Rp.500.000/bilanx18bulanx6orang                                    =Rp. 54.000.000
ü  lain – lain Rp.2.500.000/bulanx1.5 tahun                         =Rp. 45.000.000
sub total                                                                                   =Rp. 259.000.000
jumlah = sub total 1+2+3                                                      =Rp. 498.325.000
5.4  Penerimaan
Ø Hasil penjualan Rp.250.000/kgx4 Ton (4000kg)= Rp.1000.000.000

5.5  analisa biaya manfaat
laba operasional              = penerimaan – Biaya operasional
                                            = Rp.1.000.000.000 – Rp.259.000.000
                                            = Rp.741.000.000/1.5 tahun
                                            = Rp. 494.000.000/tahun
Laba setelah investasi    =penerimaan – Biaya total
                                            = Rp.1.000.000.000 – Rp. 498.325.000
                                            = Rp. 501.675.000/1.5 tahun
                                            = Rp. 334.450.000/bulan
                                            = Rp. 27.870.833/bulan
5.5.1     Cash Flow (Arus Uang Keluar Masuk)
Cash Flow       =Laba+Modal Interviestasi
                           = Rp. 501.675.000+Rp. 459.325.000
                           = Rp. 1.000.200.500
5.5.2     Tingkat Keuntungan
= pendapatan   x100%
Hasipenjualan
=Rp. 501.675.000 x100%
 Rp. 1.000.000.000
=50%

5.5.3     Rentabilitas Ekonomi
RE=                  laba operaional                                 x 100%
Modal investasi + biaaya operasional

          RE =                   Rp. 741.000.000                             x 100%
                      Rp.205.000.000 + Rp 259.000.000
          RE=                    Rp.741.000.000                              x 100%
                                     Rp. 464.000.000
               = 1.065x100%
               = 107% (>bunga bank 24%)

Bunga bank 24% Usaha Budidaya ikan kerapu layak dijadikan karena angka RE lebih tinggi dari suku bunga bank

5.5.4     B/C Rasio
= pendapatan kotor
     biaya total
                     = Rp. 1000.000.000
                        Rp. 498.325.000
                     = 2.01
Artinya setiap penambahan biaya sebesar Rp. 1.00 akan memperoleh keuntungan sebesar Rp.2.01

5.5.5     BEP harga Produksi
= total biaya
 Harga stuan
= Rp. 498.325.000
   Rp.4.000
=Rp.124.581/kg
Artinya titik balik modal akan tercapai apabila harga produksi ikan kerapu mencapai Rp.124.581/kg.
                                              
5.5.6     BEP Volume Produksi
=    total biaya
    Harga satuan

=  Rp.498.325.000
        Rp.250.000

=Rp. 1995.5/kg

Artinya titik balik modal tercapai apabila volume produksi mencapai 1995.5/kg



BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Industri (prakerin) tentang teknik pembesaran ikan kerapu  (Epinephelus Sp) di unit Keramba Jaring Apung (KJA) PT.LESTARI PRIMATAMA dapat di simpulkan bahwa :
a)    Lokasi untuk penempatan Keramba Jaring Apung (KJA) sebaiknya di teluk, bebas dari gelombang besar dan angin kencang, bebas dari bahan pencemarandan mudah di jangkau.
b)    Pakan yang di gunakan pada kegiatan pembesaran ikan kerapu di KJA adalah pakan pellet biasanya di perkaya dengan vitamin C dengan dosis 2 – 3 gram/kg ikan guna meningkatkan daya tahan tubuh ikan terhadap stress.
c)    Cara mengurangi serangan penyakit pada ikan kerapu adalah dengan memberikan vitamin pada pakan dan rutin melakukan pergantian jaring.
d)    Dari hasil analisa usaha pada usaha pembesaran ikan kerapu di KJA milik PT.LESTARI PRIMATA  bahwa usaha yang di jalankan di katakan layak. Hal ini di lihat dari nilai RE (Rentabilitas Ekonomi) mrncapai 107% (lebih besar dari suku bunga bank saat ini yaitu 24%), tingkat keuntungan mencapai 50% dan B/C Ratio 2.01 (2.01 kali dari biaya yang di investasikan). Dari analisa BEP, usaha pembesaran ikan kerapu di katakan menguntungkan karen nilainya BEP harga yaitu Rp 124.581/kg. ekor (lebih kecil dari harga jual ikan kerapu yaitu rata – rata Rp 250.000/kg) dan BEP produksi dicapai 1995.5kg sementara produksi melampaui angka BEP yaitu 4.000kg.
6.2 Saran
            Beberapa saran yang dapat penyusun paparkan dari hasil Praktek Kerja Industri tentang tekhnik pembesaran ikan kerapu (Epinephelus Sp) di KJA PT.LESTARI PRIMATAMA adalah :
1.    Penggunaan antibiotik untuk treatmen pengobatan ikan kerapu yang terserang penyakit harusnya bijaksana, bahkan disarankan untuk tidak di gunakan secara terus – menerus sebab bisa menimbulkan respon kekebalan dari agen penyakit.
2.    Yidak menebar benih yang berukuran di bawa 7 cm, karena tingkat mortalitasnya sangat tinggi. Perlu di hindari kegiatan – kegiatan yang dapat menyebabkan stress pada ikan seperti berlari – lari di atas keramba pada waktu pemberian pakan, pergantian jaring secara kasar ataupun kegiatan sampling dan pemeriksaan kesehatan dengan kasar, karena ikan akan terkejut, takut. Tergores/ luka sehingga ikan tidak mau makan yang pada akhirnya lemah sehingga mudah di serang oleh agen penyakit

  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar